MKcFF1HGV2DPvVbWNgdht7btX7dQr3BVPEQS9h6n

Dibalik Keindahan Gunung Salak, Ada Cerita yang Berbicara!

Gunung Salak. Begitu nama ini disebut, sebagian orang langsung teringat keindahannya yaitu hutan tropis yang masih lebat, udara sejuk yang menyegarkan, dan panorama alam yang menggoda siapa saja untuk mendaki. Tapi buat yang sudah akrab dengan dunia pendakian, Gunung Salak juga menyimpan cerita lain. Cerita yang tak sekedar tentang keindahan, melainkan juga tentang misteri, kisah gaib, dan peringatan tak tertulis yang diwariskan dari satu pendaki ke pendaki lainnya.

Gunung Salak terletak di perbatasan Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat, dan memiliki ketinggian sekitar 2.211 meter di atas permukaan laut. Gunung ini bukan hanya populer di kalangan pecinta alam, tetapi juga dikenal dengan berbagai cerita mistis dan mitos yang kuat. Dari tempat-tempat keramat hingga penampakan sosok-sosok gaib, semua itu membuat Gunung Salak bukan tujuan wisata alam biasa.

Pendaki Setia Bernama Gilang

Sebut saja Gilang. Ia adalah seorang pendaki yang sudah lebih dari 10 tahun menjelajahi jalur-jalur Gunung Salak. Tak terhitung berapa kali ia mendaki, namun ada satu kisah yang paling ia ingat, kisah yang membuatnya semakin yakin bahwa gunung ini memang bukan tempat untuk sembarangan.

Beberapa tahun lalu, Gilang mendaki Gunung Salak bersama tiga temannya. Salah satunya bernama Rizki, yang saat itu baru pertama kali naik gunung ini. Rizki punya sikap yang bisa dibilang cukup menantang, dia tidak percaya sama sekali dengan cerita mistis yang banyak beredar, bahkan cenderung mengejek.

"Dia itu ngetes, sengaja banget kayak mau nantang. Padahal ya, yang kayak gitu mending jangan dilawan deh," kata Gilang.

Keanehan Sejak Awal Pendakian

Biasanya, jalur dari Pasir Reungit ke Kawah Ratu bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam. Tapi hari itu, mereka seperti berjalan di tempat. Sudah lewat jam 3 sore, tapi posisi mereka masih di sekitar Tanah Datar.

"Aneh banget. Harusnya kita udah nyampe. Tapi ini masih muter-muter aja di sekitaran alat pendeteksi gempa itu," ujar Gilang.

Kondisi makin aneh saat salah satu dari mereka mulai merasa capek secara mental. Rizki, si penantang mitos, terlihat mulai gentar.

Sosok Bapak Tua di Tengah Hutan

Setelah akhirnya sampai di area mata air terakhir, mereka memutuskan untuk membagi tugas–dua orang mengambil air, dua lagi membangun tenda. Saat membangun tenda, Gilang melihat Rizki seperti berbicara dengan seseorang.

"Dia bilang tadi ada bapak-bapak nanya jalan turun. Umurnya sekitar 50-an, bawa keril, pakai tongkat. Tapi anehnya, cuma dia yang lihat. Padahal gue nggak lihat siapa-siapa," ujar Gilang.

Bukan cuma itu, Rizki juga diam-diam membawa minuman keras dan mulai menenggaknya. Gilang marah besar. "Lah ini orang gila apa gimana, udah tahu tempatnya angker malah ngelakuin hal yang nggak pantas," katanya.

Sosok Itu Datang Kembali

Malamnya, hujan turun deras. Mereka memasak di dalam tenda sambil membuka sedikit jendela untuk sirkulasi. Tiba-tiba Rizki kembali melihat sosok bapak tua–tapi kali ini penampilannya jauh lebih menyeramkan.

"Mukanya hancur, berdarah-darah. Dia cuma Rizki yang lihat, tapi dia panik, teriak-teriak minta turun sekarang juga," kata Gilang.

Mereka akhirnya memutuskan turun malam itu juga. Rizki mengaku melihat sosok itu berdiri di luar tenda, mencoba masuk sambil menatap tajam penuh amarah.

Misteri Jumlah Kepala yang Berlebih

Gilang juga pernah mengalami kejadian mistis lain saat sedang mengikuti acara organisasi pecinta alam di gunung yang sama. Ketika sedang berhitung formasi, jumlah mereka tiba-tiba jadi lebih satu.

"Biasanya kan kita nunduk tuh kalau disuruh berhitung. Pas gue pegang satu-satu, ada sembilan kepala, padahal kita cuma delapan. Gila nggak tuh!" ujarnya sambil tertawa getir.

Begitu semua menegakkan kepala, satu sosok misterius itu menghilang begitu saja.

Teman Wanita Kesurupan karena Buang Pembalut Sembarangan

Dalam pendakian lain, seorang teman wanita Gilang mengalami kerasukan setelah membuang pembalut sembarangan. Ia tiba-tiba meronta-ronta dan tidak sadarkan diri. Menurut Irwan, juru pelihara Gunung Salak, hal itu bisa saja disebabkan karena makhluk halus merasa tempatnya dikotori.

"Kalau pas haid, kondisi fisik dan emosi memang lebih lemah. Makanya kita selalu wanti-wanti, jangan sembarangan buang sesuatu yang dianggap najis atau kotor," ujar Irwan.

Gunung Salak dan Hutan Larangan

Irwan juga mengingatkan bahwa Gunung Salak memiliki banyak area terlarang, terutama yang disebut sebagai "Hutan Larangan". Tempat-tempat ini tidak boleh dimasuki sembarangan karena selain medannya berbahaya, juga dipercaya sebagai tempat bersemayamnya makhluk tak kasat mata.

"Kalau nyasar itu sering banget. Kadang baru jam dua siang aja kabut udah turun tebal. Banyak yang kehilangan arah karena nekat masuk jalur terlarang," katanya.

Hormati Alam, Maka Alam akan Menghormati Kita

Dari semua cerita yang dibagikan Gilang, ada satu benang merah yang bisa ditarik: niat dan sikap kita terhadap alam sangat menentukan. Gunung Salak bukan sekedar tempat untuk wisata atau uji nyali. Ia adalah rumah bagi banyak makhluk hidup, baik yang terlihat maupun yang tidak.

Buat kamu yang ingin mendaki Gunung Salak, pesan Gilang sederhana: jangan sombong, jangan menantang, dan jangan anggap enteng aturan tak tertulis yang berlaku di alam bebas.

"Kalau nggak percaya, ya nggak usah nantangin. Gunung bukan tempat buat nyari pembuktian," tutupnya.

Posting Komentar