MKcFF1HGV2DPvVbWNgdht7btX7dQr3BVPEQS9h6n

Gunung Semeru: Antara Mitologi Mahameru dan Murka Sang Api di Atap Jawa

Jalur Pendakian Gunung Semeru Menuju Ranu Kumbolo dengan Latar Puncak Mahameru

Kalau bicara tentang gunung tertinggi di Pulau Jawa, ya jelas nggak jauh-jauh dari Gunung Semeru. Tapi tahukah kamu, Semeru itu bukan cuma tinggi secara fisik dengan puncaknya Mahameru menjulang 3.676 meter di atas permukaan laut, tapi juga tinggi dalam urusan mitos, spiritualitas, sampai urusan geologi yang bikin kepala manggut-manggut dan kadang merinding.

Hari ini kita akan "mendaki Semeru", setidaknya secara imajinatif. Sebuah perjalanan menuju atap Jawa yang menyimpan cerita tentang dewa, letusan, dan keindahan yang membuat siapa pun jatuh hati sekaligus waspada.

Mahameru Titik Suci dan Paku Pulau Jawa

Dalam kitab Jawa kuno Tantu Panggelaran yang ditulis sekitar abad ke-15, diceritakan bahwa dulu Pulau Jawa itu labil, selalu bergoyang di tengah samudra luas. Para dewa pun resah. Batara Guru, atau Dewa Siwa, memerintahkan agar Gunung Meru sebuah gunung suci di India yang dipindahkan ke Jawa untuk memaku pulau ini agar tidak oleng lagi.

Dewa Wisnu menjelma jadi kura-kura raksasa, Dewa Brahma jadi naga yang melilit gunung, dan mereka bahu-membahu membawa Gunung Meru ke Nusantara. Tapi karena beratnya luar biasa, bagian-bagian gunung mulai jatuh di sepanjang perjalanan dan berubah jadi gunung-gunung di Jawa Barat, yaitu gunung Ciremai, gunung Gede, gunung Pangrango, sampai gunung Salak. Bagian utamanya akhirnya diletakkan di Jawa Timur dan jadilah Semeru atau Mahameru, puncak agung tempat bersemayam para dewa.

Gunung Semeru Karya Agung Vulkanik

Secara ilmiah, Gunung Semeru adalah gunung api stratovolcano yang aktif dan masih muda secara geologis. Terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Semeru adalah bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Gunung ini terbentuk dari aktivitas vulkanik puluhan ribu tahun lalu, dengan kawah aktif bernama Jonggring Saloko. Yang bikin ngeri sekaligus takjub, Semeru dikenal sebagai gunung dengan aktivitas erupsi yang nyaris konstan. Setiap 15–30 menit bisa meletus kecil dengan tipe strombolian atau vulkanian.

Letusan-letusan ini bukan main-main. Kadang disertai lontaran abu, pasir, batu, bahkan kubah lava yang kalau runtuh bisa bikin awan panas (pyroclastic flow) meluncur cepat ke bawah, terutama ke arah Sungai Besuk Kobokan. Dan jangan lupakan ancaman lahar dingin yang terbentuk dari hujan deras yang mengguyur lerengnya.

Tragedi Erupsi 2021 dan 2022

Letusan Semeru di 4 Desember 2021 adalah salah satu yang paling tragis dalam sejarah erupsinya. Tanpa banyak peringatan, kubah lava di puncak runtuh dan memicu awan panas besar yang meluncur ke pemukiman di Candipuro dan Pronojiwo. Puluhan orang tewas, ribuan rumah hancur.

Setahun kemudian, tepat 4 Desember 2022, Semeru kembali erupsi besar. Walau dampaknya tak separah sebelumnya, awan panas tetap meluncur deras. Untungnya, sistem peringatan dini sudah ditingkatkan, sehingga korban bisa diminimalisir. Namun dua peristiwa ini mengingatkan kita bahwa Mahameru bukan cuma cantik, tapi juga menyimpan amarah alam yang sewaktu-waktu bisa meledak.

Suku Tengger dan Gunung yang Disakralkan

Semeru bukan hanya urusan geologi dan letusan. Gunung ini punya tempat khusus dalam kehidupan spiritual masyarakat sekitar, terutama suku Tengger. Masyarakat Tengger, yang katanya keturunan Majapahit, hidup di sekitar Bromo dan Semeru dengan kepercayaan Hindu yang bercampur dengan kepercayaan lokal kuno.

Bagi mereka, Semeru adalah gunung paling sakral. Meski upacara adat seperti Yadnya Kasada dilakukan di Gunung Bromo, Mahameru tetap dianggap sebagai tempat tertinggi, tempat para dewa bersemayam. Nggak heran banyak orang dari berbagai kepercayaan, baik dari Bali, penghayat Kejawen, sampai pencari spiritualitas urban datang ke Semeru untuk bersemedi, ngalap berkah, atau mencari kedamaian batin.

Ranu Kumbolo, Oro-oro Ombo, dan Pesona Abadi

Tak lengkap membicarakan Gunung Semeru tanpa menyebut pesona alamnya. Danau Ranu Kumbolo yang magis, Oro-oro Ombo yang dihiasi bunga verbena ungu seperti taman dunia lain, hingga pemandangan sunrise dari puncak Mahameru yang bikin lelah mendaki seolah tak terasa.

Setiap jengkal Semeru adalah lukisan hidup. Namun, setiap pendakian juga harus disertai kesadaran bahwa kita sedang berada di tubuh raksasa yang hidup—yang bisa kapan saja menggeliat dan marah. Selalu ikuti aturan pendakian, pantau status aktivitas vulkanik, dan hormati alam serta masyarakat lokal.

Antara Wisata dan Konservasi

Gunung Semeru adalah bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kawasan ini tak hanya melindungi flora dan fauna khas pegunungan vulkanik, tapi juga menjadi ruang belajar bagi manusia tentang harmoni antara keindahan, kekuatan, dan spiritualitas alam.

Para pendaki yang ingin menjajal jalur menuju Mahameru harus melewati pos pendakian di Ranu Pane. Dari sini, perjalanan dimulai dengan menelusuri Ranu Kumbolo, Tanjakan Cinta (yang katanya bisa bikin cinta langgeng kalau nggak nengok ke belakang), Oro-Oro Ombo yang mirip padang lavender, hingga akhirnya sampai ke Kalimati dan Arcopodo.

Namun, sejak erupsi besar, pendakian ke puncak Mahameru sering ditutup demi keselamatan. Tapi tak perlu kecewa. Pemandangan di jalur pendakiannya saja sudah cukup membuat hati terpukau. Ia adalah Mahameru, atap Pulau Jawa, paku bumi, dan juga kawah api yang menyala di perut bumi. Keindahannya tak terelakkan, tapi kewaspadaan tetap harus jadi bekal utama.

Semoga suatu hari kamu bisa menginjakkan kaki di Gunung Semeru–tanah para dewa ini dengan selamat, penuh rasa syukur, dan membawa pulang cerita yang tak terlupakan.

Posting Komentar