MKcFF1HGV2DPvVbWNgdht7btX7dQr3BVPEQS9h6n

AMALAN MANTRA NABI SULAIMAN 1

Amalan Mantra Nabi Sulaeman menceritakan "Eyang tahu engkau dapat panggilan perusahaan dan besok testing. Nanti Eyang kasih mantra Nabi Sulaiman, hafalkan dan dibaca saat testing ya? Semuanya akan berhasil, insya Allah, tiga test engkau lewati dengan mudah "

Eyang tahu engkau dapat panggilan perusahaan dan besok testing. Nanti Eyang kasih mantra Nabi Sulaiman, hafalkan dan dibaca saat testing ya? Semuanya akan berhasil, insya Allah, tiga test engkau lewati dengan mudah.

Hatiku berbunga-bunga begitu dapat panggilan wawancara. Lamaran kerjaku diterima dan aku diundang ke perusahaan untuk melakukan serangkaian testing. Baik itu test psikologi, psikotest, interview dan test kesehatan. 

"Cepat datang ke rumah Eyang Muhamad Nak, minta bantuan doanya agar serangkaian testing yang akan dihadapi sukses," perintah ibuku, setelah mengetahui aku dipanggil via paket JNE di rumah kami yang sederhana di Jalan Kemangi Sebelas Oscar, Jakarta Barat.

"Baik Mah, nanti malam aku ke rumah Eyang Muhamad di Serpong, Tangerang Selatan," kataku.

"Jangan terlalu malam, sekarang musim begal, amit-amit, jangan sampai motormu dibegal di Tangerang Selatan," tambah Mamah, sambil berlalu ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan sembahyang Ashar.

Setelah itu aku itu juga ke bak air sembahyang dan ambil wudhu untuk sholat Ashar. Mamah aku lihat melakukan sujud syukur atas panggilanku itu. Aku juga demikian. Kami sujud syukur berterima kasih atas pertolongan Allah Azza Wajalla dan kami berharap agar aku langsung bisa bekerja di perusahaan bonafid PT. Prima Jaya Tunggal yang mengelola lima pabrik tekstil besar di Bandung, Jawa Barat.

Surat lamaran beserta curriculum vitae, CV, sudah lama aku kirim ke perusahaan Prima Jaya Tunggal. Namun, sudah hampir setahun tidak dapat berita. Kupikir lamaran itu sudah diabaikan dan surat lamaranku masuk ke bak sampah. Untuk menyambung hidup, aku berjualan kue lapis legit dan kue brownis yang ku buat sendiri untuk ku pasok ke warung- warung. Hasilnya lumayan walau hanya untuk kebutuhan aku, mamah dan tiga adikku yang masih sekolah.

Sejak ayahku meninggal dunia, Selasa Kliwon, 21 Januari 2014 lalu, aku terpaksa berhenti kuliah di Institut Kesenian Jakarta, IKJ, jurusan Seni Rupa karena tidak ada biaya. Ayahku seorang pemilik Bank Pasar dan dari usahanya itulah kami hidup. Selain biaya papan, pendidikan dan makan kami, dari Bank Pasar itu pula kami dapat membeli kendaraan dan hidup layak. Namun, setelah ayah sakit- sakitan berlanjut meninggal, usaha perbankan kecil-kecilan itu diambil alih mitra kerja ayah dan semuanya dikuasai hingga ayah ditendang dari perusahaan itu.

Dendam? Ya, demikianlah keadaannya. Namun, ayah mengajarkan kami untuk ikhlas, tabah dan sabar menghadapi kerasnya kehidupan di ibukota. Maka itu, Mamah dan aku sebagai anak tertua, sepeninggal ayah, bekerja keras mencari uang. Selain untuk makan kami sehari-hari, tapi juga butuh mengumpulkan uang buat biaya pendidikan tiga adikku yang masih Sekolah Menengah Atas, SMA, Sekolah Menengah Pertama, SMP, dan Sekolah Dasar kelas enam.

Arnita Swastika, adik remajaku duduk di kelas dua SMA. Tanti Rosyita, duduk dikelas tiga SMP. Sedangkan Yuanita Bernita, masih kelas enam sekolah dasar. Semuanya butuh biaya besar dan hanya aku dan Mamah yang mencari uang untuk kebutuhan biaya pendidikan mereka.

"Walau apapun yang terjadi, adik-adik harus tamat sekolah SMA Mah. Biarlah kita kerja keras, kaki jadi kepala, kepala jadi kaki untuk mereka. Yang penting mereka tamat SLTA. Saya tidak mau adik-adik putus sekolah," tekadku.

Mamah senang mendengar tekadku itu. Maka itu, Mamah pun kerja keras seirama dengan diriku. Malam membuat kue-kue, siang kami keliling menitipkan kue itu. Titip jual di warung-warung untuk kemudian berbagi hasil.

"Rejeki itu tidak turun dari langit. Kalian harus bekerja keras dan mencari rejeki. Insya Allah rejeki yang disebarkan di permukaan bumi ini, akan dapat kalian raih selagi kalian mau bekerja keras untuk mendapatkannya. Jangan bermalas-malasan dan jangan pula sibuk berdoa di sajadah tapi tidak ada ikhtiarnya. Selain berdoa, harus ada ikhtiar Cu, harus itu," pesan Eyang Muhamad, bapak dari ayahku, yang sudah sepuh, berumur namun tetap kuat dan sehat karena terus bekerja. Kakekku itu tidak pernah lelah mencari uang, kerja dan kerja. Maka itu, karena semangat nya mudah terus, kerja keras, maka kakekku kelihatan awet muda.

Eyangku selalu berprinsip dengan menggunakan pepatah inggris dalam hal awet muda. Kata kakek, orang Inggris punya pepatah abadi, soal awet muda.

"Jika kamu mau awet muda, haruslah merasa diri selalu muda," ungkap Eyang, mengutip bunyi pepatah bangsa Inggris itu, untukku. Ketika berumur 56 tahun, kakek pensiun dari perusahaan Negara, BUMN, Pertamina. Uang tunjangan pensiun dan jaminan sosial yang diterimanya, bukan ditabung, tapi dijadikannya modal usaha. Eyang membuka lahan pemancingan dan rumah makan saung di Serpong. Dia membeli tanah kosong lalu dibikin empang, tanam ikan nila, ikan emas dan patin untuk dibudidaya.

Lalu Eyang membuat saung bambu yang asri, atap sirap dan gubuk-gubuk untuk permakanan. Eyang mengajak ahli masak khas Sunda dan membangun rumah makan. Hasilnya, Alhamdulillah, kolam pemancingan itu laku keras. Begitu juga dengan rumah makan saungnya yang selalu ramai dikunjungi penggemar wisata kuliner.

Selain kerja keras bangun usaha kuliner dan budidaya ikan air tawar, Eyang Muhamad juga rajin olahraga. Setiap pagi, usai sembahyang Subuh dan zikir, dia berjalan sepanjang 10 kilometer tanpa alas kaki. Terapi telapak kaki ala China inilah yang membuat Eyang Muhamad sehat walafiat walau umumnya sudah 76 tahun.

Namun, hal yang paling mengagumkan Eyang Muhamad seorang yang dapat maunnah dari Allah, mengetahui sesuatu di depan yang belum terjadi. Istilah supranatural disebut sebagai, wruh sakdurunge winara. Tau sesuatu yang belum terjadi di depan. Lain dari itu, Eyang Muhamad banyak menolong orang yang membutuhkan. Baik dalam hal penyembuhan penyakit maupun untuk kharisma, kewibawaan dan kerezekian. Karena ilmu linuwihnya pula, maka usahanya laris, laku keras dan usaha tambaknya menghasilkan secara gegap gempita dan maju pesat

"Tidak ada pekerjaan yang sia-sia dan gagal jika kita sungguh-sungguh mengelolanya. Usaha yang bangkrut itu karena tidak ditangani dengan sungguh-sungguh dan serius. Sungguh-sungguh di sini artinya dipelototi benar, melalui study, perbandingan, hitungan pasar, hitungan pelanggan dan servis serta pelayanan konsumen dengan baik," ungkap Eyang Muhamad, berprinsip.

Beliau selalu memegang pepatah Arab juga. Manjaddah wajadah. Barang siapa yang sungguh-sungguh, pasti akan mendapatkan keberhasilan.

Berkait dengan panggilan perusahaan, habis Maghrib aku berangkat dengan sepeda motor matic ku, Honda Vario 125 ke rumah Eyang Muhamad di Serpong. Sore itu aku sendirian pergi setelah pamit kepada Marnah dan Mamah berpesan agar aku memilih jalan besar yang ramai lalu lintas agar aman dari para begal. Belakangan memang banyak begal. Khususnya daerah Depok dan daerah Tangerang Selatan. Para begal itu bukan hanya memaksa mengambil kendaraan tapi juga nekad melukai bahkan membunuh korban. Untuk itulah, Mamah bolak balik memperingatkan aku agar waspada.

"Jangan lupa zikir kepada'Allah dan berserah diri kepada-Nya," pesan Mamah. Aku berjalan melalui jalan Daan Mogot kemudian masuk ke Jalan Kebon Nanas Kota Tangerang menuju Bumi Serpong Damai. Setelah melintasi WTC aku melaju terus ke Puspitek, Serpong dan berkelok ke kawasan hutan karet menuju rumah Eyang Muhamad yang unik di dalam hutan mahoni. Sesampainya di rumah eyangku, Eyang Muhamad sedang sholat Isya, Aku pun buru- buru ambil wudu dan minjam mukenah Eyang Putri dan sholat di belakang Eyang Muhamad jadi makmumnya. Cerita selanjutnya AMALAN MANTRA NABI SULAIMAN 2