Dr. Anurak Sutham–kalau kamu aktif mengikuti konten misteri atau sejarah alternatif di media sosial, mungkin nama ini pernah seliweran di berandamu belakangan ini. Kabarnya, beliau seorang arkeolog asal Thailand yang menemukan kaitan antara Candi Borobudur dengan kisah Nabi Sulaiman.
Nggak cuma itu, konon katanya setelah menemukan bukti-bukti tersebut, Dr. Anurak langsung memeluk Islam. Wah, menarik banget ya? Tapi... siapa sebenarnya Dr. Anurak Sutham ini? Apakah benar-benar ada, atau cuma tokoh rekaan yang viral belakangan ini?
Siapa Dr. Anurak Sutham?
Setelah ditelusuri dari berbagai sumber, termasuk situs luar negeri, jurnal akademik, hingga database publik seperti Google Scholar dan WorldCat, nama Dr. Anurak Sutham tidak muncul sebagai tokoh akademik atau arkeolog resmi. Bahkan, tak ada satu pun universitas di Thailand yang menyebutkan beliau dalam daftar fakultas atau peneliti.
Sebagian besar klaim tentang Dr. Anurak berasal dari unggahan di media sosial dan situs-situs berita ringan, yang kredibilitasnya bisa dibilang masih meragukan. Tak ada kutipan langsung, tak ada dokumen resmi, dan tak ada rekaman ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.
Jadi, besar kemungkinan bahwa sosok ini hanyalah tokoh fiksi yang dibuat untuk membumbui narasi misteri seputar Borobudur.
Klaim Candi Borobudur Dibangun di Zaman Nabi Sulaiman?
Nah, ini dia yang bikin heboh. Konon, Dr. Anurak Sutham menemukan bukti bahwa Candi Borobudur bukan dibangun pada masa Dinasti Syailendra di abad ke-8, melainkan jauh sebelumnya yaitu di zaman Nabi Sulaiman! Bahkan, ada yang menyebut candi ini adalah peninggalan kerajaan kuno Nabi Sulaiman di Nusantara.
Sayangnya, klaim ini nggak punya dasar ilmiah. Para arkeolog dan sejarawan sepakat bahwa Borobudur adalah monumen Buddha yang dibangun sekitar tahun 800 Masehi oleh Dinasti Syailendra, di wilayah Jawa Tengah. Ini diperkuat oleh temuan arkeologis, gaya arsitektur, dan ukiran relief yang sangat identik dengan budaya Buddha Mahayana.
Candi Borobudur juga sudah diteliti selama puluhan tahun oleh para ahli, termasuk dari Belanda, Jepang, dan Indonesia sendiri. Tak satu pun dari mereka menemukan bukti keterkaitan dengan kisah Nabi Sulaiman, baik secara simbolik maupun historis.
Prof. KH Fahmi Basya: Suara yang Menggugah Imajinasi
Kalau bicara soal tafsir alternatif Borobudur, kita juga harus menyebut nama Prof. KH Fahmi Basya. Beliau pernah menulis buku berjudul "Borobudur & Peninggalan Nabi Sulaiman", yang sempat viral juga.
Dalam bukunya, Fahmi Basya mencoba membaca ulang sejarah Nusantara dengan pendekatan numerik dan simbolik dari Al-Quran. Ia meyakini bahwa banyak jejak peninggalan Nabi Sulaiman bisa ditemukan di wilayah Asia Tenggara, termasuk Borobudur.
Walaupun teori beliau cukup kontroversial, setidaknya kita tahu siapa beliau, dan karyanya bisa diakses dan diuji secara terbuka. Ini sangat berbeda dengan klaim anonim dari sosok seperti Dr. Anurak Sutham yang nggak bisa diverifikasi sama sekali.
Jangan Telan Mentah-Mentah
Teori konspirasi dan cerita misteri itu memang seru. Kadang bisa bikin kita mikir, Eh, jangan-jangan bener ya? Tapi penting banget buat tetap kritis. Nggak semua yang viral itu fakta. Kalau nggak bisa diverifikasi sumbernya, ya patut dipertanyakan.
Klaim soal Candi Borobudur dan Nabi Sulaiman, serta sosok Dr. Anurak Sutham, sejauh ini belum punya dasar ilmiah. Justru, penelusuran mendalam mengarah pada kesimpulan bahwa ini kemungkinan besar adalah hoaks atau cerita fiksi belaka.
Tapi tetap, membahas ini selalu menarik. Sejarah dan misteri memang selalu jadi kombinasi yang bikin penasaran.
Jadi, apakah Dr. Anurak Sutham benar-benar ada? Sejauh ini, jawabannya: kemungkinan besar tidak.
Apakah Borobudur punya kaitan dengan Nabi Sulaiman? Belum ada bukti ilmiah yang mendukung itu.
Namun, apakah kamu tetap boleh menikmati cerita-cerita semacam ini? Tentu boleh. Asal jangan lupa: bedakan antara fakta dan fiksi.
Siapa tahu di masa depan ada penemuan baru yang mengubah semua yang kita tahu selama ini. Tapi sampai hari itu datang, nikmati saja ceritanya... dan tetap berpikir kritis!
Posting Komentar